Borneo

Google Translate

Senin, 23 November 2009

Tanda Dan Gejala Postpartum fisiologi

TANDA DAN GEJALA POSTPARTUM FISIOLOGI


A. Definisi
Nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Sinopsis Obstetri Fisiologi Jilid I, Halaman 115).
Nifas adalah massa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Perawatan Kebidanan Yang Berorientasi Pada Keluarga, Jilid II, Halaman 68).
Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal). Masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah ± 6 minggu. Akan tetapi alat seluruh genital baru pulih kembali setelah 3 bulan.
B. Periode nifas

Periode nifas dibagi 3 (Menurut Depkes RI, 1990) antara lain :
a. Immediate puerperium adalah keadaan yang terjadi segera setelah
persalinan sampai 24 jam sesudah persalinan (0 – 24 jam sesudah melahirkan).
b. Early puerperium adalah keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium.
Waktu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama).
c. Later puerperium adalah waktu 1 minggu sesudah melahirkan sampai 6
minggu.

C. Etiologi
Diduga persalinan mulai apabila uterus telah teregang sampai derajat tertentu.
Tekanan bagian terendah janin pada cervix dan segmen bawah rahim, demikian pula pada plexus nervosus di sekitar cervix dan vagina, merangsang permulaan persalinan.
Siklus menstruasi berulang setiap 4 minggu dan persalinan biasanya mulai pada akhir minggu ke-40 atau 10 siklus menstruasi.
Begitu kehamilan mencapai cukup bulan, setiap faktor emosional dan fisik dapat memulai persalinan.
Beberapa orang percaya bahwa ada hormon khusus yang dihasilkan oleh plasenta apabila kehamilan sudah cukup bulan yang bertanggung jawab atas mulainya persalinan.
Bertambah tuanya plasenta yang mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron dalam darah diduga menyebabkan dimulainya persalinan (Harry Oxorn, 1990, Patologi dan Fisiologi Persalinan; Halaman 103).

D. Anatomi / Fisiologi
Dalam masa nifas, alat – alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genital secara keseluruhannya disebut involusio.
Setelah janin dilahirkan, fundus uteri setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir maka tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 pasca persalinan uterus kurang lebih tinggi 7 cm atas symfisis atau setengah symfisis – pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas symfisis.
Bagian bekas implantasi plasenta merupakan luka kasar dan menonjol kedalam kavum uteri yang berdiameter 7,5 cm dan sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
Berat uterus gravidus aterm kira – kira 1.000 gr. Satu minggu pasca persalinan, menjadi kira – kira 500 gr, 2 minggu pasca persalinan 300 gr dan setelah 6 minggu pasca persalinan 40 – 60 gr.
Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak.
Endometrium mengalami perubahan yaitu timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.
Ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur – angsur kembali seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandungannya turun “ setelah melahirkan oleh karena ligamentum, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali dinjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Luka-luka jalan lahir, seperti luka bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks, umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh per-primam,kecuali bila terjadi infeksi. Infeksi mungkain mengakibatkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi keadaan sepsis.

E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pada ibu menyusui dimasa nifas menurut Persis Mary Hammilton yaitu :
Kontraksi pada interval
Interval antar kontraksi secara bertahap memendek.
Durasi dan intensitas kontraksi meningkat
Rasa tidak nyaman mulai di belakang dan menjalar ke abdomen.
Berjalan biasanya menyebabkan meningkatnya intensitas kontraksi.
Dilatasi dan pendataran serviks mengalami kemajuan

F. Laktasi
Kelenjar mamma telah dipersiapkan semenjak kehamilan umumnya produksi ASI baru terjadi hari kedua atau ketiga pasca persalinan, dimana masing-masing buah dada terdiri 14 – 24 lobus yang terletak terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi ini. . Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran air susu ibu adalah faktor anatomis, faktor biologis makanan yang dimakan ibu, faktor istirahat dan faktor isapan anak.
Terdapat pada perubahan padakedua mamma antara lain sebagai berikut :
1. proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak.
2. pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan, berwarna kuning ( kolostrum)
3. hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas. Tanda ini merupakan pula salah satu tanda tidak pasti untuk membantu diagnosis kehamilan.dihasilkanpu
4. setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormone-hormon hipofisis kembali,antara lain hormone laktogenik ( prolaktin ) yang akan dihasilkan pula.



G. Beberapa Perubahan Lain Pada Masa Nifas
• Perubahan anatamis
After fains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari postpartum.perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui.
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,5 derajat Celcius,sesudah partu dapat naik ± 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal,tetapi tidak melebihi 38 derajat Celcius. Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan permenit. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum. Tetapi ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ± 2 bulan tanpa pengobatan.
Abdomen terutama uterus harus diawasi secara teliti dalam masa nifas. Pada hari pertama tinggi fundus kira-kira satu jari dari bawah pusat,setekah lima hari menjadi 1/3 jarak antara simfisis ke pusat. Dan setelah 10 hari fundus uteri sulit diraba di atas simfisis. Syarat pemeriksaan ini adalah kandung kencing harus kosong.
Lokia adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua disebut lokia rubra atau lokia kruenta yang terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa vernik kaseosa, lanugo dan mekoneum. Hari berikutnya darah bercampur lendir disebut lokia sanguinolenta. Setelah satu minggu lokia cair tidak berdarah lagi, warnanya agak kuning, disebut lokia serosa. Setelah dua minggu, lokia hanya merupakan cairan putih disebut lokia alba. Biasanya lokia agak sedikit amis, bila terdapat infeksi.dan akan barbau tak sedap, umpamanya pada adanya lokiostasis ( lokia tidak lancer keluar ).
Pada akhir hari nifas kedua kuman-kuman di vagina dapat mengadakan kontaminasi pada uterus. Akan tetapi tidak semua wanita dalam masa nifas mengalami infeksi oleh karena adanya lapisan pertahanan terdiri atas leokosit yang memisah endometrium yang nekrotik sebab di samping itu kuman-kuman itu relative tidak virulen. Lain halnya bila persalinan belangsung lama dan diadakan tindakan yang menimbulkan perlukaan. Di samping kurangnya virulensi kuman-kuman yang ada, penderita mempunyai pula kekebalan terhadap infeksi. Pertahanan itu akan jauh berkurang atau tidak ada sama sekali bila keadaan umum penderita buruk akibat adanya pendarahan, keletihan syok, luka-luka di jalan lahir dan sebagainya.
Houfbaeur mengemukakan adanya suatu system pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri atas kelompok-kelompok infiltrate sel-sel bulat, yang di samping mengadakan pertahanan terhadap penyerbuan kuman-kuman, bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan-jaringan nekrotik.

• Perubahan psikologi pada ibu nifas
Menurut Reva Rubin (1960) proses adaptasi psikologis pada ibu nifas melalui 3 fase yaitu :
a. Fase taking in (fase mengambil).
Terjadinya pada hari 1 – 3 post partum
Dalam memenuhi kebutuhan sangat tergantung pada orang lain.
Sulit mengambil keputusan.
b. Fase taking hold
Terjadinya pda hari 4 – 10 post partum
Sikap aktif dan positif serta lebih mandiri namun masih memerlukan bantuan orang lain.Masih ada kurang percaya diri tetapi fokus perhatian mulai meluas.
Tenaga ibu mulai sehat dan meningkat serta merasa lebih nyaman.
c. Fase letting go
Terjadi setelah 10 hari post partum.
Mulai menjalankan peranannya dan sudah punya konsep.
Mampu merawat bayinya, dirinya sendiri dan mulai sibuk dengan tanggung jawab sebagai ibu.
H. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah melahirkan,shunt akan menghilang secara tiba-tiba.Volume darah pada ibu akan bertambah, keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita –penderita visium kordis. Untung keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya hal ini terjadi pada hari-hari ke 3 sampai 5 hari postpartum.

I. Test Diagnostik
Test diagnostik yang biasanya diberikan pada ibu nifas yaitu : test laboratorium terutama terhadap hematokrit untuk melihat konsentrasi darah dalam tubuh setelah 3 hari post partum. Normal hematokrit pada saat tersebut adalah 42 %.
J. Penanganan Medik
Penanganan medik yang dilakukan pad ibu nifas adalah :
1. Perawatan perineum
2. Perawatan episiotomi
3. Perawatan hemoroid : hemoroid biasanya menyertai persalinan. Perawatannya dengan memberikan kompres dingin untuk menurunkan atau mengurangi bengkak pada hemoroid.
4. Perawatan payudara

K. Perawatan Postpartum
Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan menghindari adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. Penolong persalinan harus tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam postpartum, untuk mengatasi kemungkinan perdarahan. Delapan jam postpartum wanita tersebut harus tidur telentang miring ke kiri atau ke kanan, untuk mencegah adanya trombosis. Pada hari kedua bila perlu telah dapat dilakukan latihan-latihan senam. Umumnya pada hari ketiga ia dapat duduk, pada hari keempat berjalan, dan hari kelima dapat dipulangkan.
Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung cukup protein, cairan, serta banyak buah-buahan, karena wanita tersebut mengalami hemokonsentrasi.miksi atau berkemih harus harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Tidak jarang wanita tidak dapat kencing sendiri akibat pada partus muskulus , sepingter vesika et uretrae mengalami tekanan oleh kepala janin sehingga fungsinya terganggu.
Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after pains atau mules-mules dapat diberikan analgetik atau sedative supaya ia dapat beristirahat atau tertidur. Delapan jam postpartum wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk meransang timbulnya laktasi. Kecuali bila adanya kontraindikasi, seperti wanita yang menderita fitus abdominalis, TB aktif, vitium kordis berat, tireotoksikosis, DM berat, psikosis, putingnya tertarik kedalam ( retracted nipples ), dan morbus Hansen. Bayi dengan labiognato, plato skizis tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap. Hendaknya hal ini diketahui oleh dokter atau bidan yang menolongnya.minumannya harus diberikan melalui sonde. Bayi yang dilahirkan dengan alat-alat seperti ekstraktor vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusu sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis, karena morbiditas dan mortalitas bayi pada kehamilan tersebut tinggi. Pada hari ketiga atau keempat bayi tersebut baru boleh menyusu bila tidak ada kontraindikasi.

L. Perawatan Mamma
Kedua mamma harus sudah dirawat selama kehamilan,aerola mammae dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau kriem agar tetap lemas, agar jangan kelak mudah lecet dan pecah-pecah.Sebelum menyusui mamma harus dibuat lemas dengan melakukan massage serta menyeluruh. Setelah aerola mammae dan puting dibersihkan barulah bayi disusui.
Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara diadakan pembalutan kedua mamma hingga tertekan, dan dapat pula diberikan estrogen, sehingga pengeluaran hormone laktogenik tertekan.

M. Pemeriksaan Postnatal
Di Indonesia ada kepercayaan bahwa wanita bersalin baru dibolehkan keluar rumah setelah 40 hari ;malahan dianjurkan untuk keluar rumah yang dikenal sebagai “ tirap “kebiasaan ini hendaknya dipakai pula oleh para penolong wanita bersalin untuk memesan kembali para ibu 6 minggu sesudah melahirkan.
Yang harus diperiksa adalah :
1. Keadaan umum
2. Keadaan payudara dan putingnya
3. Dinding perut apakah ada hernia
4. Keadaan perineum
5. Kandung kencing ( apakah ada sistokel atau uretrokel )
6. Rectum ( apakah ada retrokel dan pemeriksaan tonus dari muskulus spingter ani )
7. Adanya fluor albus
8. Keadaan serviks,uterus, dan adneksa harus pula diperikasa secara seksama.
Adanya erosio, radang, atau kelainan-kelainan harus segera diobati agar tidak menjadi berat. Fisioterapi baik pula diberikan.
Perdarahan yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari ini biasanya disebabkan oleh adanya subinvolusio uteri. Dengan penderita disuruh tidur dan diberi tablet ergometrin umumnya pedarahan akan berhenti. Bila perdarahan tetap ada, maka sebaiknya dikerjakan kerokan untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adanya sisa-sisa plasenta. Haid pertama pada sesudah persalinan kadang-kadang banyak, tetapi tidak jarang ini dapat teratasi dengan tiduran dan pemberian ijskap diatas simfisia. Bila serviks tampak hiperemik, meradang, dan erosi, dan ada persangkaan kearah keganasan, maka seharusnya dilakukan pemeriksaan sitologi dan eksisi percobaan untuk menyingkirkan keganasan. Bila tidak ada keganasan, maka pengobatan dengan kauterasi ( kimiawi dan elekttrik ) atau cryosurgery sudah cukup untuk kelainan tersebut.







DAFTAR PUSTAKA

• Prof.Dr.Prawirohardjo,Sarwono.1984.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Tidak ada komentar:

My Friends